Blog Misteri Beda Dunia | Menguak Rahasia Cara Kerja Ilmu Santet Dan Kecanggihan Budaya Indonesia | Un1x Project | Kali ini munsypedia akan membahas tentang santet,.tapi dilihat dari segi sains-nya bukan membahas mistik. Perkembangan penelitian Quantum Teleportation selama lima tahun terakhir membuat banyak ilmuwan makin percaya bahwa teknologi teleport dalam film Star Trek dapat diwujudkan.
Tahun 2007, para ilmuwan baru bisa mengkondisikan material di satu
tempat dengan material di tempat lain. Tahun 2011, para ilmuwan telah
berhasil mengirimkan partikel photon hingga mencapai jarak 89 mil.

Hanya saja, peneliti negara maju cuma bisa memindahkan partikel photon, sedangkan dukun santet
di Indonesia sudah mampu memindahkan jarum, paku, beling, lipan,
kecoak dan lain-lain ke dalam tubuh manusia. Mana yang lebih canggih
coba?
Pihak
Amerika yang berhasil mengkondisikan bola emas bukanlah institusi yang
murni bergerak dalam bidang fisika kuantum, melainkan National
Institute of Health! Health? Kesehatan? Yeps! Penelitian kesehatan
sudah mencapai tahap fisika kuantum sehingga ada usaha melakukan
penyembuhan melalui gelombang elektromagnetik. Dan perlu kita tahu
bahwa fenomena santet bisa kita saksikan di Museum Kesehatan di
Surabaya. Sama-sama masuk ke kesehatan, bukan.?
Dalam
Museum Kesehatan di Surabaya, ditayangkan foto-foto proses santet
dalam acara Seminar Budaya Tabloid POSMO Tahun 2002 yang bertajuk
Membedah Santet dan Pengobatan Supranatural. Ditujukkan bagaimana
beberapa jarum
tiba-tiba berubah menjadi cahaya dan masuk ke dalam tubuh ayam.
Setelah ayamnya disembelih, jarum-jarum itu tertancap di jantung dan
ulu hatinya.
Penggambaran
sederhana tentang santet adalah mengubah jarum menjadi gelombang
kemudian mengirimkannya masuk ke dalam tubuh korban. Gambaran sederhana
ini tidak bertentangan dengan fisika kuantum karena setiap materi
memang memiliki dualisme, sebagai gelombang maupun sebagai partikel.
Dualisme
gelombang dan partikel memungkinkan terjadinya fenomena lipatan ruang
dan waktu. Hal ini karena gelombang dapat merambat dengan kecepatan
cahaya, dan kita tahu bahwa kecepatan cahaya adalah kecepatan mutlak
dan tak ada yang bisa lebih cepat lagi. Dengan kata lain, kecepatan
cahaya adalah ujung dimensi ruang-waktu tempat kita berada sekarang.
Sulit
juga menjelaskannya karena Fisika Kuantum sangat jauh berbeda dengan
Fisika Klasik Newtonian. Karna sebagian besar penduduk dunia masih
berpikir menggunakan filosofi Newtonian,
maka cara terbaik menjelaskan fenomena kuantum adalah dengan analogi
Newtonian. Meskipun penjelasan analogis kadang menyesatkan karena tidak
memuat seluruh aspek, namun analogi adalah cara yang terbaik.
Sebelum beranjak lebih jauh, kita lihat fenomena Sonic Boom atau terbentuknya kerucut kabut pada saat pesawat menembus kecepatan suara, seperti gambar di bawah ini:

Kabut
tersebut terbentuk karena gelombang suara yang menyatu mengakibatkan
udara di sekitar pesawat mengalami kondensasi. Dengan kata lain, kita
bisa mengubah udara menjadi kabut dengan memodifikasi gelombang suara.
Nah, jika menggunakan gelombang suara yang primitif aja bisa mengubah
udara jadi kabut, apa yang bisa kita lakukan dengan gelombang
elektromagnet yang bisa mencapai ujung dimensi?
Interaksi gelombang elektromagnetik banyak dibahas dalam Quantum Entanglement. Tahu apa itu Quantum Entanglement? Kalo engga tau juga engga masalah, karena memang tidak ada yang tahu. Para peneliti independen fisika kuantum sejak 2000 juga engga benar-benar tahu. Kalau ada yang tahu, tentulah namanya bukan entanglement atau bahasa Indonesianya berbelit-belit.
Contoh kasus quantum entanglement adalah
ketika seekor anak anjing dipisah dari induknya dalam jarak ratusan
mil. Si anak anjing ditakut-takuti sehingga denyut jantung anak anjing
berdetak makin cepat. Sang induk anjing
yang enggak di apa-apain tiba-tiba denyut jantungnya sama seperti
denyut jantung si anak anjing. Nah, kira-kira apa yang menyebabkan
denyut jantung induk anjing sama seperti anaknya? Tidak pernah ada
penjelasan yang memuaskan, makanya disebut entanglement alias berbelit-belit!
Penjelasan yang paling diterima dalam kasus anjing di atas adalah adanya gelombang elektromagnetik yang diberi nama non-local signal. Riset lebih lanjut menunjukkan bahwa non-local signal tidak hanya terjadi ada makhluk hidup, tapi juga terjadi pada batu permata. Jika manusia maupun benda mati sama-sama memiliki non-local signal, maka tidak tertutup kemungkinan manusia bisa mensinkronkan sinyal tersebut untuk melakukan santet.
Sayangnya,
fenomena santet tak jauh beda dengan fenomena kekayaan seni budaya dan
kekayaan alam di Indonesia. Diabaikan dan dibiarkan diolah oleh asing.
Sampai kapan kita menjadi bangsa munafik yang mengingkari kelebihan
dan kekurangan bangsa kita sendiri, dan terus menerus bercermin
mematut-matutkan diri dengan budaya asing?
Mari
kita bangga, ternyata dukun santet di indonesia jauh lebih hebat dari
para ilmuan-ilmuan luar,.baik di amerika maupun eropa,.Sekarang
bagaimana kita bisa memanfaatkan santet
tersebut untuk hal yang bermanfaat,.misalnya menghilangkan kanker atau
tumor dalam tubuh,..kalau bisa dikelola dengan baik pasti indonesia
bisa sangat maju dan negara luar akan belajar santet ke indonesia..!
simplicity is the ultimate sophistication
PENGOBATAN PENYAKIT MEDIS MAUPUN NON MEDIS GUS TON. HUB: 081567662467
BalasHapus